Produsen mobil asal Korea Selatan, Hyundai Motor Co., dikabarkan membatalkan rencana pembangunan pabrik di Indonesia. “Rencana untuk membangun pabrik di Indonesia yang merupakan pasar dengan potensi pertumbuhan besar ditolak pimpinan,” kata eksekutif senior Hyundai yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada Reuters,Senin malam, 12 November 2012.
Keputusan ini, kata dia, merupakan strategi bisnis Chung Mong-koo, generasi kedua pendiri Hyundai Group yang saat ini menjadi tampuk pimpinan.
Hyundai ingin meniru keberhasilan rekan senegaranya, yakni raksasa elektronik Samsung Electronics, yang berevolusi dari pembuat barang murah menjadi merek global yang kuat dalam dirinya sendiri.
Untuk itu, Chung mengubah strategi yang semula berfokus pada perluasan kapasitas menjadi membangun merek dan reputasi untuk kualitas. "Pimpinan berkata, ''Kami memiliki kapasitas yang cukup. Yang kami butuhkan sekarang adalah stabilitas''," kata sumber yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas isu ini.
Menurut dia, pembangunan pabrik dan penambahan kapasitas merupakan startegi bisnis di masa lalu. Namun, bila tetap menggunakan strategi yang sama, “Akan sulit untuk menjual mobil karena masalah kualitas," katanya.
Langkah ini, kata dia, juga "didorong oleh upaya pimpinan untuk menjaga Hyundai dari kesalahan yang dibuat Toyota.” Sumber lain di Seoul menyebutkan perubahan strategi itu melihat fakta bahwa mobil Jepang kehilangan kendali atas disiplin teknik dan kualitas manufaktur selama dekade 2000, akibat agresivitas dan peningkatan kapasitas global.
Tahun ini, Hyundai mengalokasikan hingga 20 persen dari biaya pemasaran pada investasi merek, yang sebelumnya tidak pernah ada. “Ini bertujuan untuk melampaui Toyota dan Volkswagen dari segi branding,” kata Chief Marketing Officer Cho Won-hong. Jeon Nam-joong, manajer dana di Asset Management CONSUS, menilai wajar strategi Chung untuk tidak agresif memperluas pasar otomotif global. “Pasar otomotif global berada dalam situasi kelebihan pasokan. Meskipun pasar negara berkembang tumbuh," katanya.
Namun, perubahan strategi ini membuat angka pertumbuhan penjualan di Amerika Serikat melambat. Penjualan Hyundai di Amerika Serikat hanya meningkat 8 persen dari Januari hingga Oktober tahun ini dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal lebih dari separuh pertumbuhan global sebesar 20 persen pada 2011 berasal dari pertumbuhan di Negeri Abang Sam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar